[Resensi] Resign! - Almira Bastari


Judul: Resign!
Penulis: Almira Bastari
Editor: Claudia Von Nasution
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Ketiga, Februari 2018
Tebal buku: 288 halaman
ISBN: 9786020380711
Harga: Rp68.000 


Mau mengundurkan diri saja kok ujiannya banyak (hal. 40)

Kalimat di atas bisa dikatakan inti dari cerita Resign yang dikemas oleh Alvira Bastari dengan menggabungkan cerita komedi dan cerita roman. Tigran Putra Pramudiwirja (34) adalah sosok manajer di kantor konsultan yang menyeramkan bagi bawahannya. Selain omogannya yang suka nyeblak, dia juga gemar marah, egois, dan kelewat perfeksionis. Bawahan yang jadi korbannya adalah Andre, Karenina, Alranita, Carlo, dan yang bergabung paling akhir, Sandra.

Tempat kerja dengan gaji yang cukup tidak serta merta membuat para kacung kampret (cungpret) merasa betah. Dengan mempunyai atasan yang menyebalkan, mereka sepakat melakukan taruhan siapa yang paling terakhir resign harus mentraktir makan di tempat mahal. Masalahnya, si Tigran ini selalu bisa menggagalkan usaha-usaha para cungpret melakukan interview, negosiasi letter of offer, dan usaha lainnya supaya bisa segera resign. Lalu, bagaimana nasib taruhan mereka dan siapa pula yang akhirnya jadi yang terakhir resign?

Membaca novel Resign memberikan hiburan khas karyawan. Berkutat dengan deadline pekerjaan, pengajuan cuti, interaksi sesama karyawan, dan tentu saja menghadapi si bos yang galak. Bastari sukses menyajikan kesemuanya dengan gaya bercerita yang tidak bertele-tele, juga deskripsi dunia konsultan yang mumpuni. Sehingga pembaca mudah sekali masuk ke cerita dan membayangkan jadi penonton di tengah-tengah para cungpret. Tidak salah jika novel ini masuk lini metropop karena kisahnya jakarta-an sekali.

Ritme kerja di Jakarta berbeda dengan daerah lain. Faktor lingkungan mempengaruhi paling besar. Misalkan, jam kerja yang lebih panjang akibat tambahan lembur karena bisnis Jakarta harus cepat. Dan saya juga menyoroti kehidupan karyawan di sana, yang menanggalkan haha-hihi bersama teman demi deadline pekerjaan. Imbasnya, lingkungan karyawan menjadi sempit; rumah, kantor, dan bioskop. Yup, di novel resign ini membuka rahasia soal hiburan buat karyawan yang biasa pulang larut, menonton bioskop. Selain hiburan, juga alternatif menghindari jalan macet pada jam pulang kerja.

Karena latarnya kantor, novel ini pun menyindir situasi dalam dunia kantor. Misalkan, perlunya fokus ketika lembur agar pekerjaan segera selesai, atau soal kebiasaan karyawan yang gemar bergosip ketika jam kerja. Banyak juga nasihat tak langsung untuk pekerja seperti pentingnya dedikasi, pentingnya memberikan hasil kerja yang baik, dan ada banyak lagi. Intinya novel ini berbobot dan pas dibaca karyawan. Selain jadi hiburan, juga jadi renungan.

Sisi roman di novel ini bakal bikin pembaca gemas dan senyum-senyum sendiri. Tigran yang galak suka sekali bikin Rara emosi. Sebenarnya yang salah hanya soal penyampaian Tigran yang kurang baik. Namun, Tigran merasa benar dan ia akan menulikan telinga ketika ditentang bawahannya. Ini hanya percikan-percikan asmara yang kemudian mengerucut pada kesadaran, "apakah ini cinta?". Karena keduanya enggan terus terang, keduanya malah lebih sering berseteru. Saya hampir tidak suka ketika cerita digiring ke suasana roman yang kental, saya belum rela perseteruan itu dituntaskan begitu saja, dan itu tidak terjadi. Komedi plus roman masih berlangsung sampai akhir cerita dan kalian akan merasa senang karena sudah membaca cerita yang nggak hanya bikin fresh, tapi juga memotivasi.

Novel Resign ini seperti jadi perwakilan dari banyak situasi menjadi karyawan. Suka-duka, susah-senang, dibahas dengan ringan dan disematkan kepada tokoh-tokoh yang sangat hidup. Terjawab juga jika cerita di sini bukan cerita yang diangkat dari kisah nyata. Kalau pun terasa nyata, berkat penulis yang mengangkat dunia pekerjaan yang digelutinya. Sehingga penulis berhasil membangun cerita di kantor konsultan secara bulat.

Akhirnya, saya memberikan nilai 5/5 untuk dedikasi Alranita sebagai cungpret di bawah bimbingan bos Tigran yang mengerikan.


*****

Manusia tidak suka bekerja-, tapi manusia selalu menghabiskan empat belas jam untuk bekerja (hal. 6).

Kategori experienced itu untuk yang sudah bekerja lima tahun (hal. 8).

"Lo jangan kebanyakan lembur kali, Ra. Kapan punya pacarnya?" (hal. 13).

Lembur itu mindset. Kalo ngerjainnya fokus, kamu cuma perlu waktu sebentar kok (hal. 28).

Selalu selangkah lebih maju (hal. 32).

Lembur itu jangan maraton seperti sinetron (hal. 39).

Nggak semua itu bisa dinilai dengan uang (hal. 62).

Namun yang namanya anak buah, sebebal apa pun tetap manusia, yang punya batas sabarnya sendiri jika terus-terusan tersakiti (hal. 63).

Karena orang cuma bisa lihat tampak luarnya saja (hal. 72)

Kita itu harus mengeksplorasi dunia (hal. 76).

Sangat menyebalkan ketika orang yang seharusnya dibantu malah bersikap tidak ingin dibantu (hal. 172).

Seburuk-buruknya dimarahi, lebih menyakitkan kalau dianggap tidak bisa membereskan hal sepele (hal. 173).

Kalo lo lagi kerja, ya kerja yang benar. Lagi nggak disuruh kerja, ya nggak usah sok kerajinan. Nanti disuruh kerja under pressure, malah ngeluh! (hal. 187).

Menang dalam hidup adalah ketika aku bisa menemukan sebuah humor dalam setiap situasi (hal. 241).

Masih muda mah digas saja (hal. 246).

Nggak selamanya bola itu mundur, Ra. Begitu juga dengan masa muda (hal. 247).

Dedikasi dalam pekerjaan itu penting. Best effort saja tidak cukup (hal. 277).

6 komentar:

  1. Seneng banget baca kutipan-kutipan cungpret di setiap awal bab, dan benar sekali, novel ini karyawan banget. Sangat kesindir tapi juga ngakak terus saat membacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya lebih gemes sama si Tigran yang suka neken si Al. Nggak ada kerjaan banget. Tapi, dipikir-pikir, so so so sweeeeet bangetlah.

      Hapus
  2. Dari kemaren pengen beli buku ini, tapi abis melulu. Di Bukabuku, Tokopedia, juga abis melulu >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langganan Gramedia Digital aja. Tersedia. Bahkan sampai novel terbaru terbitan Gramedia.. update hehe

      Hapus
  3. Manusia tidak suka bekerja-, tapi manusia selalu menghabiskan empat belas jam untuk bekerja.. Itu serius 14 Jam? Lembur terus dong yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jakarta mungkin segitu. Atau kalau bukan segitu pun, makna lugasnya, jamnya lebih panjang dibanding jam kerja di lain daerah. Mungkin begitu maksudnya. Hegehe

      Hapus