[Resensi] A Beautiful Mess - Rosi L. Simamora


Judul: A Beautiful Mess
Penulis: Rosi L. Simamora
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Kedua, Januari 2018
Tebal buku: 336 halaman
ISBN: 9786020313870
Harga: Rp75.000 (via bukabuku.com - sebelum diskon)

Terasa menyenangkan sekali bisa membaca novel dengan cerita bagus. Karya Rosi ini termasuk salah satunya. Dia menggabungkan kisah cinta, seksualitas, hubungan orangtua-anak, dan kebudayaan di daerah Timur - Timika, di dalam novel metropop yang identik dengan kehidupan metropolitan. Rasa puas menyelesaikan ceritanya makin lengkap dengan pengetahuan yang didapat.

Freyanka Alyra, si tokoh utama, melarikan diri dari masa lalu kelam ke daerah pedalaman. Ia tinggal di resort yang diurus oleh tangan kanan ayahnya, Pablo Neruda Parulian Purba. Ada perjanjian dengan ayahnya yang mengharuskan Freya bekerja di resort itu. Namun, beberapa waktu setelah tiba di situ, Freya masih main-main. Lian harus ekstra usaha untuk merubah sifat Freya agar lebih bertanggung jawab.

Sebagai novel yang dilabeli ‘Novel Dewasa’, sudah pasti akan ditemukan deskripsi-deskripsi mesum yang bikin gerah. Dan seksualitas pada novel ini mengingatkan saya pada seksualitas di film Fifty Shades of Grey, liar dan tak terkendali. Namun tenang saja, cerita cinta masih mendominasi. Kisahnya bertambah seru karena Freya harus terlibat urusan cinta dengan tiga pria; Mahara Andhyka, Parulian, dan Patar Marhasak Purba.


Hubungan orangtua-anak juga ditampilkan melalui hubungan Freya dan ayahnya, Richard Hutagaol. Keduanya tak akur. Namun, Richard selalu menunjukkan dirinya ada dan bisa membantu, meski Freya selalu menyimpulkan hal berbeda tentang kebaikkan ayahnya itu. Freya menganggap ayahnya perhitungan dalam banyak hal. Nyatanya ia selalu memperhatikan anaknya tanpa diketahui. Momen ini yang bikin hati saya menghangat.

Lalu, novel ini menggunakan latar tempat tak biasa, Timika. Sebenarnya ragu menyebut nama tempatnya, sebab-kayaknya saya yang kurang teliti-tidak ditemukan penyebutan nama daerah tempat resort berada. Kesimpulan itu saya peroleh dari daerah asal Patung Bis dan koteka berada. Dua benda tadi menjadi unsur budaya lokal dalam novel ini. Penulis tak lupa menyisipkan cerita awal mula Patung Bis dibuat untuk mendalami kenapa harga patung bisa mahal.



Saya menyukai novel ini karena saya suka dengan perubahan sifat Freya dan karakter bulat Lian. Freya yang selama ini hidup penuh kemudahan, mendadak harus bertanggung jawab atas perjanjian dengan ayahnya. Perubahan ini diceritakan dengan detail dan pelan-pelan sehingga kita akan ikut merasakan emosi transisinya. Sedangkan Lian digambarkan sosok pria matang, pendiam, dan pekerja keras. Dia tidak banyak omong tetapi akan melakukan apa pun jika itu layak dilakukan. Seperti ketika dia membereskan gudang patung untuk menyelamatkan harga diri Freya di mata ayahnya. Lian tidak menuntut terima kasih. Justru dia membuka pintu lainnya agar Freya memahami tujuan ayahnya menyuruh dia bekerja.


Novel ini menggunakan diksi campuran antara puitis-tidak puitis. Lebih banyaknya tidak puitis dalam mendeskripsikan alur yang terus maju. Diksi puitis baru digunakan penulis ketika mengolah kalimat penegasan emosi. Itu cara penyampaian yang baik sebab dengan begitu pembaca akan lebih mendalami kisah dan konflik-konfliknya.

Akhirnya, saya memberikan nilai 4/5 untuk keberhasilan Rosi mengawinkan beberapa unsur dalam novel metropop sehingga unsur-unsur tadi bisa dipahami dengan cara yang seru.

0 komentar:

Posting Komentar